Seorang tukang kayu tua ingin
pensiun dengan pekerjaannya. Keinginannya itu telah disampaikannya pada atasan.
Si atasan pun sedih, karena ia akan kehilangan salah satu pekerja terbaiknya.
Maka dengan berat hati ia mengizinkan tapi dengan satu syarat, untuk terakhir
kalinya ia memohon kepada si tukang kayu untuk membuatkan sebuah rumah.
Dengan sedikit kesal ia setuju
dengan syarat si atasan.
Karena ia tidak begitu setuju, maka proyek itu dikerjakannya dengan setengah hati dan menggunakan bahan-bahan ala kadarnya. Beberapa bulan kemudian rumah pesanan si atasan telah jadi. Tapi bukan hasilnya bukanlah rumah yang terbaik, ia malah mengakhiri kariernya dengan prestasi sangat mengecewakan, gara-gara ia hanya mengerjakannya dengan setengah hati.
Karena ia tidak begitu setuju, maka proyek itu dikerjakannya dengan setengah hati dan menggunakan bahan-bahan ala kadarnya. Beberapa bulan kemudian rumah pesanan si atasan telah jadi. Tapi bukan hasilnya bukanlah rumah yang terbaik, ia malah mengakhiri kariernya dengan prestasi sangat mengecewakan, gara-gara ia hanya mengerjakannya dengan setengah hati.
Lalu, si tukang kayu menemui si
atasan untuk menyampaikan bahwa rumah pesanan itu sudah jadi, dan tak
disangkanya ternyata si atasan memberikan sebuah kunci rumah untuknya. Ternyata
rumah buatannya itu adalah hadiah terakhir dari si atasan atas segala prestasi
si tukang kayu. Betapa terkejutnya si tukang kayu, jika saja ia tahu pasti ia
takkan mengerjakannya dengan setengah hati. Dan ia akan berusaha mati-matian
membuat karya terbaik. Tapi ia pun tetap menerima hadiah itu meski dengan hati
penuh kekecewaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar