Selasa, 22 November 2016

Masih Relevankah Eksistensi GNB Saat Ini?

Apa itu GNB dan bagaimana terbentuknya?

Gerakan Non Blok (GNB) atau bisa disebut Non Aligned Movement/NAM adalah suatu organisasi internasional yang terdiri dari lebih dari 100 negara-negara yang tidak menganggap dirinya beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun. Tujuan dari organisasi ini, seperti yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979, adalah untuk menjamin "kemerdekaan, kedaulatan, integritas teritorial, dan keamanan dari negara-negara nonblok" dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, apartheid, zionisme, rasisme dan segala bentuk agresi militer, pendudukan, dominasi, interferensi atau hegemoni dan menentang segala bentuk blok politik.

Masih relevankah eksistensi GNB saat ini?

Seperti yang sudah kita ketahui, tujuan dibentuknya GNB adalah untuk menampung negara-negara yang tidak ingin terlibat konflik antara dua blok besar. Adanya GNB mampu membuat negara-negara anggotanya bertahan menghadapi hiruk pikuk konflik kedua blok tersebut terutama saat perang dingin.

Upaya Indonesia dalam Menghadapi AFTA dan MEA

Apa perbedaan AFTA dan MEA?

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan suatu bentuk kesepakatan yang dibuat oleh negara-negara ASEAN guna melahirkan kawasan bebas perdagangan antara negara-negara ASEAN. AFTA sendiri bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan bisnis ASEAN di kancah internasional. Adapun harapan dibentuknya AFTA ini adalah agar negara-negara ASEAN bisa menjadi basis produksi dunia.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sendiri adalah masyarakat yang masuk dalam kawasan bebas area atau negara-negara yang masuk dalam AFTA. Hal ini memungkinkan kawasan ekonomi suatu negara yang masuk dalam MEA menjadi lebih luas dengan adanya perekonomian yang mengglobal antara negara-negara ASEAN.
Untuk negara Indonesia, adanya AFTA dan MEA sendiri memunculkan dua kemungkinan yaitu Indonesia akan semakin berkembang menjadi negara pengekspor atau justru Indonesia akan menjadi negara pengimpor. Hal itu tergantung pada kesiapan Indonesia dalam menghadapi kedua hal tersebut.