Selasa, 22 November 2016

Upaya Indonesia dalam Menghadapi AFTA dan MEA

Apa perbedaan AFTA dan MEA?

ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan suatu bentuk kesepakatan yang dibuat oleh negara-negara ASEAN guna melahirkan kawasan bebas perdagangan antara negara-negara ASEAN. AFTA sendiri bertujuan untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan bisnis ASEAN di kancah internasional. Adapun harapan dibentuknya AFTA ini adalah agar negara-negara ASEAN bisa menjadi basis produksi dunia.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sendiri adalah masyarakat yang masuk dalam kawasan bebas area atau negara-negara yang masuk dalam AFTA. Hal ini memungkinkan kawasan ekonomi suatu negara yang masuk dalam MEA menjadi lebih luas dengan adanya perekonomian yang mengglobal antara negara-negara ASEAN.
Untuk negara Indonesia, adanya AFTA dan MEA sendiri memunculkan dua kemungkinan yaitu Indonesia akan semakin berkembang menjadi negara pengekspor atau justru Indonesia akan menjadi negara pengimpor. Hal itu tergantung pada kesiapan Indonesia dalam menghadapi kedua hal tersebut.


Bagaimana upaya agar Indonesia tidak kalah dalam persaingan di AFTA dan MEA?
Agar Indonesia tidak berujung pada keterpurukan dengan adanya MEA dan AFTA tentu saja Indonesia harus mempunyai amunisi agar bisa bertahan. Lantas langkah apakah yang harus ditempuh Indonesia untuk menghadapinya?
1.       Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)
Sumber daya manusia sangat menentukan kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA dan AFTA. Hal ini dikarenakan sumber daya manusia merupakan komponen utama yang akan menggerakkan jalannya roda industri. Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan pendidikan akan memberikan angkatan kerja yang produktif dan mampu menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi.
Selain pendidikan dan pelatihan, komitmen karyawan bagi perusahaan juga sangat penting. Jangan sampai SDM yang memiliki potensi dan bakat lebih memilih untuk bekerja di perusahaan asing karena merasa di perusahaan asing mereka bisa bekerja lebih nyaman dan terjamin.
2.       Melakukan inovasi teknologi
Teknologi merupakan induk dari keberlangsungan kehidupan dunia saat ini. Teknologi yang ada tentunya sangat menentukan produk yang akan dihasilkan. AFTA menjadi tantangan serius bagi perusahaan dalam mengoptimalisasi teknologi informasi. Hal senada diungkapkan Presiden Direktur IBM Indonesia, Gunawan Susanto, Juni lalu. Salah satu tantangan yang sudah menanti dalam AFTA, kata Gunawan, yakni masuknya perusahaan teknologi dunia yang menyerang pasar di Indonesia. Untuk itu, perusahaan Indonesia harus mewaspadai.
Menurut studi yang dilakukan IBM, tujuh dari 10 perusahaan yang disurvei memahami infrastruktur IT punya peranan penting dalam kompetisi atau mengoptimalisasi keuntungan dan pendapatan. Dari kebanyakan responden, 62 persen perusahaan sudah berencana meningkatkan belanja infrastruktur IT untuk 12 hingga 18 bulan ke depan. Dengan adanya inovasi teknologi, sangat diharapkan akan membawa Indonesia menuju negara yang lebih maju dari sebelumnya.
3.       Mengusahakan agar Indonesia mampu menjadi negara pengekspor
Bukan rahasia umum bahwa Indonesia masih berpredikat sebagai negara pengimpor, alih-alih pengekspor. Hal ini dikarenakan masyarakat kelas menengah dan atas Indonesia sudah terkenal sebagai masyarakat yang konsumtif. Ini terlihat misalnya orang Indonesia rata-rata memiliki lebih dari satu smartphone atau tablet. Berbeda misalnya dengan masyarakat Jepang yang terkenal dengan sifat hematnya. Indikasi yang jelas dari Indonesia sebagai pasar saja adalah selalu defisitnya neraca perdagangan internasional Indonesia dengan negara-negara ASEAN sejak tahun 2005.
Sebetulnya, pekerjaan rumah bagi para pengusaha di Indonesia adalah bagaimana memenangkan preferensi pasar atas produk asli Indonesia, baik pasar domestik, ASEAN, maupun internasional. Pengusaha dan produsen Indonesia dituntut terus menerus dapat meningkatkan kemampuan dalam menjalankan bisnis secara efektif dan maksimal. Disinilah kualitas produk Indonesia diuji, dan perusahaan Indonesia harus bisa mengubah pola pikir dari “product oriented” menjadi “customer oriented” untuk memenangkan preferensi pasar.
Menurut Associate Profesor Ruhul Salim, Ph.D. dari Curtin Business School, Australia, Indonesia menempati posisi penting di MEA sebagai produsen otomotif terbesar kedua di ASEAN. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perusahaan Jepang dan Korea yang memproduksi kendaraan di Indonesia. Bahkan, perusahaan ternama General Motors mulai memproduksi kendaraan di Indonesia sejak 2013. Namun investasi semacam ini juga harus didukung oleh kebijakan pemerintah dan infrastruktur yang baik.
“Pada masa krisis ekonomi global 2009, sektor otomotif Indonesia nyaris tidak tersentuh oleh efek krisis tersebut. Kemudian jika Indonesia ingin memimpin pasar ASEAN apa yang harus dilakukan? Hal ini tergantung pemerintah. Pemerintah Indonesia harus membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung implementasi AFTA dan MEA,” jelas Ruhul.
4.       Menggali lebih dalam potensi yang dimiliki Indonesia
Indonesia punya keuntungan demografi, geografi, dan lainnya serta banyak sekali komiditi yang bisa diandalkan dan dipersiapkan untuk bersaing dalam AFTA. Bonus demografi adalah arti struktur penduduk Indonesia dari sisi usia adalah Piramida Penduduk Muda, hal ini menunjukkan usia penduduk muda lebih banyak dari pada penduduk dewasa.
Optimasi di bidang sumber daya dan kualitas produk akan secara signifikan meningkatkan daya saing Indonesia sebagai negara penghasil produk, yang mampu menyediakan produk berkualitas bagi negara-negara di lingkup ASEAN maupun global. Dengan memaksimalkan potensi penyerapan produk Indonesia, kita akan bisa merasakan AFTA sebagai sebuah win-win solution bagi kemajuan perekonomian Indonesia dan ASEAN.
Dengan melakukan perbaikan dari besisi, diharapkan mampu menjadikan Indonesia lebih siap dalam menghadapi MEA dan AFTA. Sikap yang diambil pemerintah sendiri juga sangat menentukan posisi indonesia nantinya. Semoga Indonesia mampu bersaing dan berujung pada kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya.

Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar