Suara
burung yang berkicau dari atas pohon terdengar sangat merdu ditelinga. Hari
memang masih pagi, mataharipun terkesan malu-malu untuk menampakkan sinarnya.
Sang embun pagipun masih menempel di daun-daun yang hijau dan subur. Udara yang
dingin berhembus membuat makhluk-makhluk Tuhan enggan keluar dari kamarnya.
Akan tetapi, saat pagi yang dingin itu Pak Sabar dan keluarganya telah bangun dari mimpi indahnya. Mereka tidak menghiraukan dinginnya udara pagi. Merekapun telah siap beraktivitas pagi ini. Keluarga Pak Sabar telah terbiasa bangun pagi, sehingga mereka terbiasa pula dengan segarnya udara pagi. Merekapun telah beraktivitas pagi ini. Pak Sabar tinggal bersama istri dan seorang putrinya yang bernama Lutfiana Sandra Dewi. Selama ini, keluarga Pak Sabar terkenal sebagai keluarga yang harmonis dan ramah kepada tetangga. Tidak pernah terdengar suara keributan di dalam maupun di luar rumah tersebut.
Akan tetapi, saat pagi yang dingin itu Pak Sabar dan keluarganya telah bangun dari mimpi indahnya. Mereka tidak menghiraukan dinginnya udara pagi. Merekapun telah siap beraktivitas pagi ini. Keluarga Pak Sabar telah terbiasa bangun pagi, sehingga mereka terbiasa pula dengan segarnya udara pagi. Merekapun telah beraktivitas pagi ini. Pak Sabar tinggal bersama istri dan seorang putrinya yang bernama Lutfiana Sandra Dewi. Selama ini, keluarga Pak Sabar terkenal sebagai keluarga yang harmonis dan ramah kepada tetangga. Tidak pernah terdengar suara keributan di dalam maupun di luar rumah tersebut.
Pak
Sabar adalah seorang pedagang bakso. Sekarang usaha Pak Sabar terkenal di
daerah tempat tinggalnya sampai di luar daerah. Meskipun usahanya terkenal,
tetapi kesederhanaan selalu tertanam pada jiwa-jiwa keluarganya. Pak Sabar dan
istrinya menerapkan hidup sederhana bukan berarti kikir dan pelit. Mereka
memandang hidup sederhana sebagai hidup yang wajar dan tidak boros. Pola hidup
sederhanapun dikenalkan pada anak semata wayangnya. Pak Sabar tidak ingin
anaknya menjadi manja dan boros. Sejak kecil Sandra diajari menabung oleh orang
tuanya. Pak Sabar berharap menabung dapat menjadi kebiasaan anaknya.
Sekarang Sandra duduk di kelas IX SMP Cahaya Bangsa. Dia ingin sekali memiliki laptop baru. Sandra selalu minta dibelikan laptop kepada Pak Sabar. Akan tetapi, Pak Sabar menolak untuk membelikannya.
“Pak, Sandra ingin dibelikan laptop,” pinta Sandra kepada bapaknya.
Sekarang Sandra duduk di kelas IX SMP Cahaya Bangsa. Dia ingin sekali memiliki laptop baru. Sandra selalu minta dibelikan laptop kepada Pak Sabar. Akan tetapi, Pak Sabar menolak untuk membelikannya.
“Pak, Sandra ingin dibelikan laptop,” pinta Sandra kepada bapaknya.
“Tidak,
kamu masih kecil. Belum terlalu membutuhkan,” tolak Pak Sabar secara halus.
“Tapi
pak, teman-temanku sudah punya laptop. Ayolah, belikan laptop baru,” bujuk Sandra
agar Pak Sabar bersedia membelikan laptop yang diinginkan.
Sandra pun menjadi sedih karena keinginannya tidak dipenuhi oleh bapaknya. Kemudian, Sandra berjalan ke dalam rumah. Setelah bertemu dengan ibu, Sandra kembali meminta dibelikan laptop. Ternyata setali tiga uang, jawaban ibu sama dengan bapak. Akhirnya, Sandra berjalan menuju kamarnya.
Sandra pun menjadi sedih karena keinginannya tidak dipenuhi oleh bapaknya. Kemudian, Sandra berjalan ke dalam rumah. Setelah bertemu dengan ibu, Sandra kembali meminta dibelikan laptop. Ternyata setali tiga uang, jawaban ibu sama dengan bapak. Akhirnya, Sandra berjalan menuju kamarnya.
Dengan langkah perlahan, ibu menemui bapak yang sedang duduk di ruang tamu. Ibu mengajak bapak untuk membahas tentang keinginan putri semata wayangnya yang minta dibelikan laptop. Pak Sabar dan istrinya pun berunding di ruang tamu sambil menikmati secangkir teh hangat. Mereka ingin menemukan jalan terbaik untuk Sandra.
“Pak,
jika dipikir labih cermat apa yang dikatakan Sandra memang ada benarnya. Sandra
sekarang sudah duduk di kelas IX dan sudah mulai dewasa. Lihat saja tubuhnya
menjadi tinggi dan besar,” kata ibu mulai berbicara.
“Benar
Bu, Sandra sekarang telah tumbuh besar. Memang ya bu, sekarang jaman sudah
semakin canggih dan modern. Ada baiknya jika kita membelikan laptop. Bagaimana
menurut Ibu?” kata bapak meminta pendapat Ibu.
“Sebaiknya
kita membelikan laptop baru untuk Sandra,” jawab ibu menanggapi perkataan
bapak.
“Iya
Bu. Ide bagus. Bapak setuju. Bagaimana jika kita menyuruh Sandra agar lebih
giat menabung lagi. Hasil tabungan nanti kita gunakan untuk membeli laptop. Sandra
akan lebih bangga jika dapat membeli laptop dengan usahanya sendiri.” Kata Pak
Sabar memberi ide.
“Nanti
malam biar Bapak sendiri yang sampaikan pada Sandra.” Kata bapak.
Akhirnya, ibu lega karena telah berhasil menemukan jalan keluar dari masalah yang ada. Setelah mencapai kesepakatan ibu menuju ke dapur melanjutkan memasak untuk mempersiapkan hidangan makan malam.
Sang fajar pun mulai malu dan bersembunyi dibalik awan di arah barat. Itu berarti bahwa sore telah berganti menjadi malam. Pak Sabar dan keluarga makan malam bersama seperti biasanya. Tak tampak suatu perubahan pada kesempatan tersebut. Semua berjalan dengan teratur. Makan malam yang menyenangkan.
Setelah makan malam, seperti biasanya Pak Sabar dan keluarga berkumpul di ruang keluarga untuk menonton televisi dan sedikit mengobrol. Sandra pun duduk diantara Ibu dan Bapak. Sebenarnya mereka tak ingin anaknya menonton televisi karena kurang bermanfaat. Pada kesempatan ini, Pak Sabar ingin menyampaikan hal yang telah menjadi kesepakatan dengan Ibu kepada Sandra.
“Ibu
dan Bapak telah berunding tadi siang. Kami sepakat untuk membantu mewujudkan
keinginanmu. Bapak juga ingin kamu punya laptop sendiri. Bapak punya usul untuk
mewujudkan keinginanmu. Kamu mau mendengarkan usul bapak?” tanya bapak lebih
dulu pada Sandra.
Sandra masih duduk diam. Tanpa suatu kata pun keluar dari mulutnya. Dia hanya menganggukan kepalanya. Ia ingin segera tahu apa kiranya usul bapak untuk membantu mendapatkan laptop yang diinginkan.
“Saran
Bapak, kamu harus lebih giat lagi menabung. Bapak akan memberi kesempatan
menabung selama tiga bulan. Jika sudah tiga bulan mungkin uang tabunganmu sudah
cukup untuk membeli laptop. Seandainya uang tabungan kamu belum cukup, maka
Bapak akan menutupi kekurangannya. Apa kamu setuju?” kata bapak kemudian.
“Menabung?
Selma ini kan Sandra sudah menabung,” jawab Sandra kepada bapaknya.
“Iya,
Ibu tahu kamu sudah menabung. Tapi, ibu lihat kamu belum sepenuhnya menabung,”
kata Ibu mengingatkan Sandra.
“Dengan
demikian, kamu tidak sekedar punya laptop, tetapi kamu merasakan juga bagaimana
perjuangan kamu mendapatkannya. Kamu dapat lebih menghargai usahamu dengan
merawat laptopmu.” Lanjut Pak Sabar.
Sandra mengerti apa yang dimaksudkan kedua orang tuanya. Beliau tidak hanya sekedar ingin membelikan laptop, tapi ingin mengajarkan hal positif.
Akhirnya, dengan semangat yang membara Sandra menyetujui saran orang tuanya. Dengan bersungguh-sungguh Sandra berjanji kepada orang tuanya, akan belajar lebih giat lagi untuk menabung. Semua anggota keluarga Pak Sabar tampak senang. Mereka telah menyelesaikan persoalan yang tengah terjadi di keluarganya. Sebuah senyuman mengembang di bibir merah Sandra. Dia merasa senang memiliki orang tua yan pengertian seperti bapak dan ibunya. Sandra merasa beruntung dengan karunia tersebut.
Pagi hari yang sejuk, sebelum berangkat sekolah Sandra selalu membantu orang tuanya. Pagi itu, Sandra terlihat labih bersemangat karena dalam hatinya ia sangat senang. Sebentar lagi keinginan untuk mendapatkan laptop akan tercapai. Setelah semua pekerjaan selesai Sandra segera mandi, sarapan, dan siap berangkat sekolah. Setiap hari Sandra menerima uang saku dari ibunya. Uang saku tersebut memang tidak terlalu besar, tetapi cukup untuk jajan sehari dan sisanya ditabung.
Sandra berangkat sekolah bersama teman-temannya yang lain. Sekolah Sandra terletak agak jauh dari rumahnya. Oleh karena itu, Sandra dan teman-temannya memilih menaiki sepeda ketika berangkat sekolah.
Sepulang sekolah, Sandra langsung ke rumah. Setelah sampai di rumah Sandra selalu memasukkan sisa uang jajannya ke dalam celengan ayamnya. Menabung itu harus dimulai dari hati.
Waktu terus berlalu dengan cepat, tanpa disadari tiga bulan pun telah terlewati. Dengan demikian tenggang waktu yang dimiliki Sandra telah habis. Dulu Bapak dan Ibunya memberi waktu tiga bulan untuk rajin menabung. Sekarang tiba saatnya untuk membuka celengan. Kemudian Sandra menemui bapknya yang sedang duduk di ruang tamu. Dengan hati-hati Sandra berkata agar tigak menggangu waktu istirahat bapaknya sehingga beliau tidak kaget.
“Bapak
maaf menggangu.” Kata Sandra.
“Oh…
Tidak Sandra. Ada apa?” tanya Pak Sabar.
“Apakah
Bapak sudah lupa dengan janji Bapak tiga bulan yang lalu?” tanyaSandra.
“Janji
apa?” tanya Bapak pura-pura.
“Dulu
saat Sandra minta dibelikan laptop Bapak tidak mengabulkan. Bapak menyuruhku
menabung dan jika uang masih kurang bapak bersedia menutup kekurangannya,” kata
Sandra.
“Ha…ha…ha…
Tentu Bapak ingat,” kata Pak Sabar.
“Oleh
karena itu Sandra mengajak Bapak untuk membuka celengan bersama-sama,” kata Sandra.
“Baik,
Bapak setuju, tapi membukanya nanti sore bersama ibumu.” kata Pak Sabar.
“Itu
ide yang bagus, Pak!” kata Sandra.
Waktu yang dinanti-nantikan Sandra akhirnya datang juga. Setelah makan malam mereka berkumpul di ruang tengah. Karena hari itu adalah hari sabtu, Sandra tidak belajar seperti hari biasanya. Setelah mengambil celengan, Sandra segera keluar menuju ruang tengah. Sandra ingin Bapak yang membuka celengan ayamnya.
Setelah berhasil membuat lubang yang cukup besar, Pak Sabar mulai mengambil uang yang ada di dalamnya. Sementara bapak mengambil dan mengeluarkan uang, ibu menata, mengumpulkan menurut nilai mata uangnya. Merka ingin segera tahu berapa jumlah tabungan Sandra.
Setelah
semua uang berhasil dikeluarkan dari dalam celengan, ibu bertugas menghitug
jumlahnya.
“Sandra,
tabunganmu ternyata cukup untuk membeli laptop,” kata ibu.
“Syukurlah!”
kata Sandra.
“Terima
kasih Pak. Keberhasilan ini semua juga berkat semangat dan motivasi Bapak dan
Ibu. Akhirnya celengan ayamku bisa berubah menjadi laptop.” kata Sandra.
Minggu pagi yang cerah, Pak Sabar, istri, serta anaknya telah bersiap berangkat membeli laptop. Diperjalanan Sandra telah membayangkan laptop baru. Perjalanan yang mereka tempuh tidak memakan waktu yang cukup lama. “Toko Deskomp” menjadi tujuan mereka karena disana telah tersedia bermacam-macam model laptop.
Minggu pagi yang cerah, Pak Sabar, istri, serta anaknya telah bersiap berangkat membeli laptop. Diperjalanan Sandra telah membayangkan laptop baru. Perjalanan yang mereka tempuh tidak memakan waktu yang cukup lama. “Toko Deskomp” menjadi tujuan mereka karena disana telah tersedia bermacam-macam model laptop.
Setelah cukup lama memilih akhirnya Sandra memilih laptop sesuai keinginannya. Setelah membayar, bapak dimintai alamat rumah oleh pihak toko. Bapak dengan senang hati memberikan alamat lengkap dan pelayan toko tersebut berjanji akan mengantarkan laptop sesuai alamat yang tertera.
Tak lama kemudian laptop pun datang. Hati Sandra sangat bangga karena telah berhasil membeli sebuah laptop dengan usahanya sendiri. Ia telah berjuang untuk tidak jajan sembarangan agar dapat menabungkan uangnya. Sandra merasa beruntung karena telah terbiasa menabung. Meskipun hanya menabung di celengan mereka dapat merasakan keuntungan yaitu memberi jaminan di masa depan dan dapat membeli barang yang diinginkan tanpa meminta kepada orang tua. Akhirnya, Sandra memutuskan akan selalu rajin menabung hingga besar nanti.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar