Selasa, 29 November 2016

Usaha Jepang Hadapi Ekonomi Global

Jepang merupakan Negara terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina dalam sektor ekonomi. Perkembangan ekonomi Jepang tidak dapat terlepas dari sejarahnya dimana Jepang merupakan negara yang kalah perang dalam Perang Dunia II, namun bangsa jepang dapat bangkit dengan cepat.
Ekonomi global masih membawa dampak lanjutan terhadap ekonomi Jepang. Sentimen terhadap ekonomi negara sakura ini kembali terpukul. Pada triwulan kedua 2016, tingkat PDB hanya mencapai 0,2% saja.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran dari perekonomian ekonomi terbesar ketiga dunia ini. Belanja konsumen yang rendah dan penurunan ekspor saat Yen menguat sangat mengganggu PDB Jepang. Ketidakpastian global saat ini juga memberi risiko negatif terhadap Jepang.
Lukman Otunuga, Reseacrh Analyst FXTM mengatakan, karena inflasi masih teramat rendah, Bank of Japan sangat diharapkan untuk mengimplementasikan stimulus moneter tambahan demi memicu pertumbuhan ekonomi. “Yen dapat semakin menguat apabila penghindaran risiko karena masalah pertumbuhan global memberi inspirasi bagi investor bullish untuk menyerang” ujar dia,
Dari sudut pandang teknikal, ujar Lukman, nilai tukar Yen terhadap dolar bearish pada rentang waktu harian. “Apabila terjadi breakdown di bawah 101.00 maka akan terbuka jalan menuju 100.00” tandasnya.
berikut beberapa usaha yang dilakukan Jepang untuk menghadapi ekonomi global.

1.       Bank of Japan Rombak Kebijakan Demi Mencapai Inflasi
Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mengambil langkah tidak terduga pada pertemuan Rabu (21/9/2016), dengan meluncurkan target suku bunga 10 tahun untuk meningkatkan upaya melawan deflasi.
Jepang merupakan salah satu negara terkemuka yang mengalami masa deflasi paling lama. Negeri Matahari Terbit berjuang keras untuk keluar dari kungkungan deflasi selama dua dekade. Deflasi membuat konsumsi domestik menjadi rendah sehingga berdampak buruk bagi pertumbuhan ekonomi.
2.       Pertumbuhan Ekonomi Jepang Tertolong Lonjakan Ekspor
Pertumbuhan ekonomi Jepang mencetak hasil positif lebih dari yang diharapkan antara periode Juli dan September, setelah ekspor mengalami lonjakan lebih tinggi. Tercatat Produk Domestik Bruto (PDB) secara tahunan meningkat sebesar 2,2% dalam tiga bulan hingga September, untuk jadi ekspansi beruntun pada kuartal ketiga. 
Dilansir BBC, Senin (14/11/2016) perusahaan-perusahaan Jepang mengandalkan penjualan untuk membuat permintaan domestik kembali bersemangat. Di sisi lain ada kekhawatiran Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih yakni Donald Trump akan memberikan sentimen negatif akibat rencananya yang anti perdagangan bebas akan menjadi kenyataan. 
Sejak hasil Pilpres AS, yen telah jatuh terhadap USD, yang membuat barang Jepang lebih murah di Luar Negeri untuk menjadi kabar baik bagi negara eksportir tersebut. Data resmi terbaru menunjukkan perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut semakin meningkat sebesar 0,5% dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya untuk Juli yang lebih baik dari perkiraan pertumbuhan sebelumnya 0,2%.
3.       Jepang Akan Investasi USD10 Miliar di Perusahaan Migas Rusia
Jepang dikabarkan tengah berencana mengusulkan sebuah kerja sama di sektor energi bersama dengan Rusia yang mencakup investasi sebesar USD10 miliar di perusahaan raksasa Migas asal Rusia yakni Rosneft. Isu ini mencuat setelah Perdana Menteri (PM) Jepang dijadwalkan untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pada sela-sela konferensi akhir pekan ini. Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) diberitakan surat kabar Nikkei sedang mempertimbangkan untuk mengucurkan investasi sebesar 1 trilun yen atau setara dengan USD9,7 milar untuk membeli 10% saham Rosneft. Langkah Jepang didukung oleh beberapa perusahaan pemerintah.Gas dan logam Nasional Corp atau Jogmec.
Selain itu, pihak Jepang juga akan mempertimbangkan untuk melakukan survei kepada proyek-proyek minyak dan gas (migas) di Siberia Timur dan Timur Rusia. Hal itu ditunjukkan untuk mencari kerja sama teknis di pembangkit listrik dekomisioning Fukushima Daiichi dan nuklir, paparnya. Di sisi lain MWTI belum bersedia berkomentar terkait rencana tersebut. Menteri METI Hiroshige Seko yang baru di angkat ikut menyertai Abe dalam perjalanan konferensi bisnis di Vladivostok.
4.       Jepang Keluarkan USD51 Miliar untuk Anggaran Pertahanan
Peningkatan anggaran yang sampai rekor ini bukan tanpa alasan. Jepang sangat prihatin dengan pengembangan nuklir dan rudal baru Korea Utara, yang meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea dan menimbulkan ancaman terhadap keamanan regional dan global. Kementerian Pertahanan Jepang juga sedang mengembangkan rudal jangka panjang ship-to-air missile dan pembelian jet tempur F-35. Juga persiapan unit amfibi yang ditempatkan di Nagasaki dan di Kyushu, pulau selatan di Jepang.
5.       Saingi China, Jepang Kucurkan Uang USD30 Miliar ke Afrika
Afrika adalah masa depan. Karena benua yang kerap dilanda prahara ini kaya akan sumber daya alam dan menjadi rebutan negara-negara maju. Tidak terkecuali Jepang, yang mengucurkan investasi USD30 miliar atau setara Rp398,5 triliun (estimasi kurs Rp13.286/USD) ke Afrika hingga tahun 2018.
6.       Kabinet Abe Kucurkan Paket Stimulus Fiskal 13,5 Triliun Yen
Untuk memperkuat ekonomi yang lesu, Kabinet Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, akhirnya menyetujui paket stimulus ¥13,5 triliun alias USD132 miliar. Paket stimulus fiskal ini bertujuan menggairahkan kembali pertumbuhan ekonomi Jepang, yang selama ini dikenal sebagai negara ekonomi terbesar ketiga di dunia.
7.       Krisis Ekonomi Jepang tertolong Nasionalisme
Perekonomian Jepang telah mengalami masa resesi selama tiga tahun. Pasalnya, produk domestik bruto (PDB) Jepang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir secara berturut-turut. 
Namun, resesi yang terjadi di negara berjuluk Matahari Terbit tersebut seakan tidak terlalu kelihatan. Orang hanya memandang perekonomian Jepang mengalami perlambatan, namun tidak sepenuhnya buruk sampai mengalami resesi. Resesi yang telah tiga tahun dialami Jepang tidak kelihatan lantaran rasa nasionalisme masyarakat Jepang yang terlampau tinggi. Misalnya saja, jika pemerintah Jepang menjual obligasi maka masyarakat yang akan membeli.

Sumber :
http://ekbis.sindonews.com/read/1109316/35/
http://infobanknews.com/ekonomi-jepang-diujung-tanduk/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar