Jepang merupakan Negara terbesar
ketiga setelah Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina dalam sektor ekonomi.
Perkembangan ekonomi Jepang tidak dapat terlepas dari sejarahnya dimana Jepang
merupakan negara yang kalah perang dalam Perang Dunia II, namun bangsa jepang
dapat bangkit dengan cepat.
Ekonomi global masih membawa
dampak lanjutan terhadap ekonomi Jepang. Sentimen terhadap ekonomi negara
sakura ini kembali terpukul. Pada triwulan kedua 2016, tingkat PDB hanya
mencapai 0,2% saja.
Kondisi ini menimbulkan
kekhawatiran dari perekonomian ekonomi terbesar ketiga dunia ini. Belanja
konsumen yang rendah dan penurunan ekspor saat Yen menguat sangat mengganggu
PDB Jepang. Ketidakpastian global saat ini juga memberi risiko negatif terhadap
Jepang.
Lukman Otunuga, Reseacrh Analyst
FXTM mengatakan, karena inflasi masih teramat rendah, Bank of Japan sangat
diharapkan untuk mengimplementasikan stimulus moneter tambahan demi memicu
pertumbuhan ekonomi. “Yen dapat semakin menguat apabila penghindaran risiko
karena masalah pertumbuhan global memberi inspirasi bagi investor bullish untuk
menyerang” ujar dia,
Dari sudut pandang teknikal, ujar
Lukman, nilai tukar Yen terhadap dolar bearish pada rentang waktu harian.
“Apabila terjadi breakdown di bawah 101.00 maka akan terbuka jalan menuju
100.00” tandasnya.
1. Bank of Japan Rombak Kebijakan Demi Mencapai Inflasi
Bank sentral Jepang (Bank of
Japan/BoJ) mengambil langkah tidak terduga pada pertemuan Rabu (21/9/2016),
dengan meluncurkan target suku bunga 10 tahun untuk meningkatkan upaya melawan
deflasi.
Jepang merupakan salah satu
negara terkemuka yang mengalami masa deflasi paling lama. Negeri Matahari
Terbit berjuang keras untuk keluar dari kungkungan deflasi selama dua dekade.
Deflasi membuat konsumsi domestik menjadi rendah sehingga berdampak buruk bagi
pertumbuhan ekonomi.
2. Pertumbuhan Ekonomi Jepang Tertolong Lonjakan Ekspor
Pertumbuhan ekonomi Jepang
mencetak hasil positif lebih dari yang diharapkan antara periode Juli dan
September, setelah ekspor mengalami lonjakan lebih tinggi. Tercatat Produk
Domestik Bruto (PDB) secara tahunan meningkat sebesar 2,2% dalam tiga bulan
hingga September, untuk jadi ekspansi beruntun pada kuartal ketiga.
Dilansir BBC, Senin (14/11/2016)
perusahaan-perusahaan Jepang mengandalkan penjualan untuk membuat permintaan
domestik kembali bersemangat. Di sisi lain ada kekhawatiran Presiden Amerika
Serikat (AS) terpilih yakni Donald Trump akan memberikan sentimen negatif
akibat rencananya yang anti perdagangan bebas akan menjadi kenyataan.
Sejak hasil Pilpres AS, yen telah
jatuh terhadap USD, yang membuat barang Jepang lebih murah di Luar Negeri untuk
menjadi kabar baik bagi negara eksportir tersebut. Data resmi terbaru
menunjukkan perekonomian terbesar ketiga di dunia tersebut semakin meningkat
sebesar 0,5% dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya untuk Juli yang lebih
baik dari perkiraan pertumbuhan sebelumnya 0,2%.
3. Jepang Akan Investasi USD10 Miliar di Perusahaan Migas Rusia
Jepang dikabarkan tengah
berencana mengusulkan sebuah kerja sama di sektor energi bersama dengan Rusia
yang mencakup investasi sebesar USD10 miliar di perusahaan raksasa Migas asal
Rusia yakni Rosneft. Isu ini mencuat setelah Perdana Menteri (PM) Jepang
dijadwalkan untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pada sela-sela
konferensi akhir pekan ini. Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri
(METI) diberitakan surat kabar Nikkei sedang mempertimbangkan untuk mengucurkan
investasi sebesar 1 trilun yen atau setara dengan USD9,7 milar untuk membeli
10% saham Rosneft. Langkah Jepang didukung oleh beberapa perusahaan
pemerintah.Gas dan logam Nasional Corp atau Jogmec.
Selain itu, pihak Jepang juga
akan mempertimbangkan untuk melakukan survei kepada proyek-proyek minyak dan
gas (migas) di Siberia Timur dan Timur Rusia. Hal itu ditunjukkan untuk mencari
kerja sama teknis di pembangkit listrik dekomisioning Fukushima Daiichi dan
nuklir, paparnya. Di sisi lain MWTI belum bersedia berkomentar terkait
rencana tersebut. Menteri METI Hiroshige Seko yang baru di angkat ikut
menyertai Abe dalam perjalanan konferensi bisnis di Vladivostok.
4. Jepang Keluarkan USD51 Miliar untuk Anggaran Pertahanan
Peningkatan anggaran yang sampai
rekor ini bukan tanpa alasan. Jepang sangat prihatin dengan pengembangan nuklir
dan rudal baru Korea Utara, yang meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea
dan menimbulkan ancaman terhadap keamanan regional dan global. Kementerian
Pertahanan Jepang juga sedang mengembangkan rudal jangka panjang ship-to-air
missile dan pembelian jet tempur F-35. Juga persiapan unit amfibi yang
ditempatkan di Nagasaki dan di Kyushu, pulau selatan di Jepang.
5. Saingi China, Jepang Kucurkan Uang USD30 Miliar ke Afrika
Afrika adalah masa depan. Karena
benua yang kerap dilanda prahara ini kaya akan sumber daya alam dan menjadi
rebutan negara-negara maju. Tidak terkecuali Jepang, yang mengucurkan investasi
USD30 miliar atau setara Rp398,5 triliun (estimasi kurs Rp13.286/USD) ke Afrika
hingga tahun 2018.
6. Kabinet Abe Kucurkan Paket Stimulus Fiskal 13,5 Triliun Yen
Untuk memperkuat ekonomi yang
lesu, Kabinet Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, akhirnya menyetujui paket
stimulus ¥13,5 triliun alias USD132 miliar. Paket stimulus fiskal ini bertujuan
menggairahkan kembali pertumbuhan ekonomi Jepang, yang selama ini dikenal
sebagai negara ekonomi terbesar ketiga di dunia.
7. Krisis Ekonomi Jepang tertolong Nasionalisme
Perekonomian Jepang telah
mengalami masa resesi selama tiga tahun. Pasalnya, produk
domestik bruto (PDB) Jepang terus menurun dalam beberapa tahun terakhir secara
berturut-turut.
Namun, resesi yang terjadi di
negara berjuluk Matahari Terbit tersebut seakan tidak terlalu kelihatan. Orang
hanya memandang perekonomian Jepang mengalami perlambatan, namun tidak
sepenuhnya buruk sampai mengalami resesi. Resesi yang telah tiga tahun dialami
Jepang tidak kelihatan lantaran rasa nasionalisme masyarakat Jepang yang
terlampau tinggi. Misalnya saja, jika pemerintah Jepang menjual obligasi maka
masyarakat yang akan membeli.
Sumber :
http://ekbis.sindonews.com/read/1109316/35/
http://infobanknews.com/ekonomi-jepang-diujung-tanduk/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar