Senin, 28 Maret 2016

Peninggalan Islam di Kebumen

Kabupaten Kebumen adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis, Kabupaten Kebumen terletak pada 7°27' - 7°50' lintang Selatan dan 109°22' - 109°50' Bujur Timur. Nama Kebumen konon berasal dari kabumian yang berarti sebagai tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan daerah pelarian Pangeran Bumidirja. Kebumen memiliki banyak tradisi dan kesenian yang bernafas islami. Hal itu diantaranya sebagai berikut.
  1. Kuda Lumping
    Jenis kesenian ini sangatlah merakyat di masyarakat Kabupaten Kebumen. Puluhan kelompok grup kesenian kuda lumping telah terbentuk. Jumlah grup kesenian kuda lumping merupakan yang terbanyak di Kabupaten Kebumen, bahkan dalam rangka menyambut Hari Jadi Kabupaten Kebumen Tahun 2008, Kabupaten Kebumen menciptakan kuda lumping ukuran paling besar dan mendapatkan piagam MURI kategori Kuda Lumping terbesar se Indonesia.
  2. Wayang
    Kesenian Wayang Kulit adalah kesenian yang menduduki rangking ke-2 jumlahnya dari keseluruhan kesenian yang ada di Kabupaten Kebumen. Dalang-dalangnya juga sudah terkenal di luar Kabupaten Kebumen.

Kamis, 17 Maret 2016

Fatahillah Bukanlah Sunan Gunung Jati

Banyak teks sejarah di sekolah-sekolah yang menyebutkan bahwa Fatahillah adalah Syarif Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati. Namun sebenarnya Fatahillah dengan Sunan Gunung Jati adalah dua orang yang berbeda.

Nama asli Sunan Gunung jati adalah Syarif Hidayatullah putra Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Jamaluddin Akbar. Jamaluddin Akbar adalah Musafir besar dari Gujarat, India yang memimpin putra-putra dan cucu-cucunya berdakwak ke Asia Tenggara, dengan Champa sebagai markas besar. Salah satu putra Syekh Jamaluddin Akbar adalah SyekhIbrahim Akbar (ayah Sunan Ampel). Sedangkan Fatahillah yang biasa disebut Fadhlulah Khan atau Fatlehah adalah seorang ulama dari Pasai Aceh yang hijrah ke Demak. Ia kemudian diangkat Raden Patah sebagai panglima pasukan Demak yang berangkat ke Sunda Kelapa bersama Cirebon menghadapi Portugis untuk mempertahankan Pelabuhan Sunda Kelapa.