Jumat, 26 Februari 2016

Benda Bersejarah Peninggalan Hindu-Buddha

Kerajaan Hindu pertama di Indonesia adalah Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Setelah itu, muncullah puluhan kerajaan-kerajaan Hindu, Buddha, dan Islam di berbagai daerah di Indonesia. Banyak benda-benda peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai saat ini masih dapat kita saksikan. Benda-benda peninggalan bersejarah tersebut sebagai bukti bagi kita bahwa nenek moyang menguasai teknologi yang tinggi. Mari kita pelajari sebagian dari benda-benda peninggalan bersejarah melalui kajian di bawah ini.
  1. Candi

    Candi umumnya terbuat dari batu maupun batu bata, sehingga mampu bertahan sampai saat ini. Candi erat kaitannya dengan keagamaan sehingga bersifat suci. Fungsi bangunan candi bagi umat Hindu adalah untuk memuliakan orang yang telah wafat khususnya raja-raja dan orang-orang terkemuka. Bagi umat Hindu di Indonesia, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan dengan raja terdahulu.

Kamis, 04 Februari 2016

Teori Masuk dan Berkembangnya Hindu-Buddha di Indonesia

Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha tidak hanya berkembang di India, melainkan telah menyebar dan berkembang pula di berbagai Negara, termasuk Indonesia. Kepulauan Indonesia membentang di sebelah timur India dan menjadi kelanjutan dari daratan Asia Tenggara. Seiring perkembangan teknologi pelayaran, wilayah Indonesia menjadi daerah persimpangan lalu lintas perdagangan zaman kuno, yaitu India dan Cina. Akibatnya, terjadilah hubungan antara Indonesia dengan India dan Cina.
Proses interaksi perdagangan di atas, tidak lantas menjawab pertanyaan tentang siapa yang membawa atau menyebarkan agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia. Bagaimana sesungguhnya proses yang terjadi belum dapat diungkap secara pasti. 

Dengan demikian, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Berikut ini beberapa pendapat teori mengenai masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia.

Senin, 01 Februari 2016

5 Juni 2015

Tanggal 5 Juni 2015, merupakan hari yang bersejarah dalam hidup saya. Hari itu merupakan hari ulang tahun ibu saya sekaligus pengumuman penerimaan peserta didik baru dari IC. Hari itu, saya dan beberapa teman dari sekolah saya yang ikut mendaftarkan diri di IC diminta untuk hadir di sekolah untuk membuka hasil pengumuman dari IC.

Pagi itu perasaan saya sudah buncah. Hari itu lebih mendebarkan dari pengumuman kelulusan UN sekalipun. Saya berangkat ke sekolah naik angkutan umum. Sebelum berangkat, ibu saya mengatakan bahwa ia ingin mendapatkan kado yang berbeda dari tahun sebelumnya, dan saya menyetujui permintaan ibu saya tersebut.

Sesampainya di sekolah, saya langsung menuju tempat yang telah ditentukan sebelumnya. Disana telah berkumpul beberapa teman saya. Ketika itu, banyak guru yang menyanyakan tentang pengumuman tersebut. Namun, kami hanya bisa menjawab bahwa pengumuman tersebut belum keluar. Hari mulai siang, kami mulai lelah menunggu pengumuman tersebut. Beberapa kali kami telah mencoba untuk membuka website IC, namun yang tertulis tetap sama, yakni masih menunggu keputusan Kementrian Agama.

Karena kasihan melihat kami tidak melakukan apapun, akhirnya setelah dzuhur kami diperbolehkan untuk pulang. Bagi saya perjalanan pulang tersebut tidak menyenangkan. Sepanjang perjalanan saya terus melamun. Membayangkan apa nasib saya nanti apabila tidak diterima di IC. Dimana saya akan melanjutkan sekolah saya, sedangkan pendaftaran dari beberapa sekolah yang saya inginkan sudah tutup. Saya juga memikirkan bagaimana perasaan keluarga saya, teman-teman saya, dan guru-guru yang telah mendukung dan mendoakan saya. 

Karena terlalu banyak hal yang saya pikirkan, saya akhirnya jatuh sakit. Saya tidak langsung pulang ke rumah. Ibu saya mengajak saya untuk mampir di rumah saudara. Kami berada disana sampai sore, kami baru pulang ketika jam menunjukkan pukul 5 sore. Setelah merasa hari sudah mulai gelap, kami pun pulang. Kami sampai rumah tidak lama sebelum adzan berkumandang.

Sesampainya di rumah, saya langsung bersiap siap dan melaksanakan salat maghrib. Setelah itu saya jatuh tertidur. Pada sekitar jam sepuluh malam ibu saya membangunkan saya. Ibu saya tiba tiba memeluk saya kemudian mengatakan bahwa saya diterima di IC. Dengan keadaan setengah sadar dam kepala masih berat karena saya sakit, saya mengatakan kepada ibu saya bahwa diterimanya saya di IC merupakan kado dari saya untuk ulang tahun ibu saya dan sekaligus kado ulang tahun ayah saya di hari berikutnya. Dengan mata berkaca kaca, ibu saya kembali memeluk saya dan mengucapkan terimakasih.